In Memoriam of You My Dear
Sesuatu yang di lihat manusia, tak senyata nya di lihat manusia. Semua yang ingin di katakan, tak akan selama nya bisa di katakan. Jujur, manusia adalah manusia jika memiliki perasaan, namun berusaha membuang perasaan ku. Sesuatu yang senyatanya di katakan, tak akan selamanya bisa di ungkapkan. Manusia tak akan musnah hanya karena tidak memiliki perasaan, dan aku ingin menceritakan apa yang selama ini telah aku alami sendiri, di mana manusia hanya diam diam dan diam, dan pada akhirnya fakta berbicara.
To Be Continued
Aku bosan dengan segalanya, segala yang aku sendiri tak mengetahui nya. Semua yang aku lakukan tak pernah berubah. hanya berjalan dengan lugunya, aku membencinya, dan merasa bodoh, terus berjalan menapaki jalan.
Ada yang mengikutiku, aku merasakan langkah polos itu mengikuti gerak langkahku. "Mau sampai kapan kamu mengikutiku?", tanyaku lantang dan mengujutkannya, aku menoleh dan memandang wajah polos dengan tubuh mungil yang tertutup hingga ke kakinya, tiba-tiba itu membuatku kagum. Aku kembali bertanya, "kenapa mengikutiku selama ini?", pertanyaan itu membuat pipi yang mungil itu memerah. Di balik wajah yang memerah malu itu, dia menjawab dengan sebuah kalimat yang di lontarkan dengan malu-malu. "Aku menyukaimu...", dia menjadi salah tingkah. Saat itu, dia dan aku hanyalah anak kecil yang tak tahu apa-apa tentang cinta, dia yang masih duduk di kelas 6 SD dan aku kelas 1 MTsS.
'BODOH', teriakku di dalam benak ini, aku rasa dia bodoh, aku tak tahu apa yang membuat dia sangat ingin mengatakannya, namun yang terlontarkan adalah "besok, jam 4, di sini", dan membuatku meninggalkannya dalam wajah kesal.
"Haaah, apa ini? kami hanya anak kecil, apa yang akan kami buat?", aku hanya bergumam dalam hati dan terus berjalan ke arah yang telah di sepakati. Aku melihatnya yang basah di bawah hujan menungguku tanpa memakai payung, "BODOH", kata itu terucap tanpa pikir panjang, dan aku langsung mengatakan, "baiklah, tapi jangan sakiti dirimu sendiri". Sejak saat itu aku menjadi seorang simpatisan.
'BODOH', teriakku di dalam benak ini, aku rasa dia bodoh, aku tak tahu apa yang membuat dia sangat ingin mengatakannya, namun yang terlontarkan adalah "besok, jam 4, di sini", dan membuatku meninggalkannya dalam wajah kesal.
"Haaah, apa ini? kami hanya anak kecil, apa yang akan kami buat?", aku hanya bergumam dalam hati dan terus berjalan ke arah yang telah di sepakati. Aku melihatnya yang basah di bawah hujan menungguku tanpa memakai payung, "BODOH", kata itu terucap tanpa pikir panjang, dan aku langsung mengatakan, "baiklah, tapi jangan sakiti dirimu sendiri". Sejak saat itu aku menjadi seorang simpatisan.
To Be Continued
Comments